Saterdag 05 Oktober 2013

anatomi fisiologi


TUGAS INDIVIDU
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN






Oleh:
Claudia Frederika Mangkupaty


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES  PALANGKARAYA JURUSAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER ANGKATAN XIV A
TAHUN AJARAN 2011/2012



ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN


Anatomi Sistem Persyarafan


Sel Saraf
Satuan fungsional susunan saraf adalah neuron. Biasanya disebut sel saraf. Neuron membawa pesan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain. Pesan sensasi dan informasi ini disebut impuls (rangsangan). Neuron memiliki dua sifat penting yaitu eksitabilitas atau kemampuan berespons terhadap rangsangan dan konduktivitas atau kemampuan meneruskan sinyal.
Meskipun sangat bervariasi dalam bentuk dan ukuran, semua neoron mengandung tiga bagian utama dengan fungsi spesifik yaitu badan sel, dendrit dan akson (neurit). Berdasarkan srukturnya kita mengenal neuron multipolar, bipolar, dan unipolar. Neuron pseudounipolar adalah bentuk variasi. Secara fungsional dikenal tiga macam neuron. Neuron sensoris adalah neuron yang mendeteksi perubahan dalam lingkungan, di dalam maupun di luar tubuh. Mereka membawa rangsangan dari organ sensoris, kulit, otot, dan organ dalam, ke medula spinalis atau otak. Misalnya bila anda menyentuh balok es, neuron-neuron untuk sensasi dingin mengirim pesan ke otak.
Interneuron adalah neuron yang menerima pesan sensoris dan berespons. Interneuron hanya terdapat di otak dan medula spinalis. Pada contoh di atas, banyak inteneuron dalam otak bersama-sam bereaksi membentuk kesadaran bahwa anda menyentuh balok es. Interneuron kemudian mengirim pesan ke neuron motoris untuk bereaksi. Neuron motoris adalah neuron yang membawa respons dari interneuron ke otot, kelenjar, dan organ dalam tubuh. Setiap gerak tubuh, dari berkedip samapi lompatan tinggi ke udara, dikendalikan oleh pesan-pesan yang dibawa neuron motoris ke otot. Pada contoh balok es, pesan yang dibawa neuron motoris mungkin untuk merangsang otot tangan untuk mengangkat balok es itu.
Akson, hanya satu, adalah serat panjang yang membawa rangsangan menjauhi badan sel ke neuron lain. Akson dapat mencapai panjang 1 meter atau lebih dari badan selnya (n. Iskiadikus) dan akson terpendek terdapat di otak (hanya beberapa mikrometer). Sebuah sel saraf sebenarnya adalah segabung akson dari banyak neuron. Satu saraf dapat memiliki lebih dari 1000 akson. Setiap akson berfungsi mandiri. Dendrit adalah serat mirip pohon  kecil yang menerima rangsangan dan meneruskannya ke badan sel. Karena dendrit memiliki banyank cabang, satu neuron dapat menerima pesan dari ratusan neuron lain.
Rangsangan yang melalui neuron serupa dengan muatan listrik kecil. Rangsangan saraf dapat menempuh 120 meter per detik sepanjang akson. Di antara ujung akson satu neuron dan dendrit neuron lainnya terdapat celah disebut sinaps. Saat rangsangan tiba di ujung akson, rangsangan ini diteruskan ke dendrit neuron berikut oleh neurotransmiter. Neurotransmiter adalah senyawa yang dapat melalui sinaps dari akson ke dendrit. Neurotransmiter memicu rangsangan, yang berjalan menuruni dendrit ke badan sel dan keluar melalui akson.
           




Sistem Saraf Pusat
Saraf pusat tersusun atas:
A.      Otak
1.       Otak besar atau serebum (cerebrum)
2.       Otak kecil atau serebelum (cerebellum)
3.       Batang otak (brainstem)
B.      Sumsum tulang belakang (medula spinalis)

Perkembangan Susunan Saraf Pusat
Secara embriologis diawali oleh penebalan ektoderm pada garis middorsal. Penebalan ini disebut neural palate, tumbuh membentuk lekukan saraf (neural groove) dan penonjolan saraf (neural crest), selanjutnya menjadi neural tube. Ujung rostral neural tube membentuk tiga pembesaran berupa vesikel yang kemudian disebut prosensefalon (prosencephalon) atau forebrain, mesensefalon (mesencephalon) atau midbrain, dan rombensefalon (rhomencephalon) atau hindrain. Pada perbatasan telenefalon (telencephalon) dan disensefalon (diencephalon) terdapat sepasang evaginasi yang akan membentuk retina dab nervus optikus (nervus opticus).
Dinding lateral telensefalon tumbuh sangat cepat dan membentuk sepasang hemisfer serebri yang dibatasi oleh fisura longitudinalis. Sel saraf dan serabut saraf pusat (neuron) terdiri atas sebuah badan sel yang disebut perikarion (perikaryon) berisi nukleus. Dalam sitoplasma perikarion terdapat badan-badan yang disebut substansia nissel.
Dari perikarion keluar prosesus-prosesus (tonjolan) yang berfungsi menghantarkan rangsangan disebut dendrit (dendrite), jumlahnya lebih banyak. Prosesus yang menghantarkan rangsangan keluar dari perikarion disebut akson (axon), umumnya jumlah akson hanya satu. Pada permulaan, akson lebih besar daripada permukaan perifer disebut bukit akson. Bagian perifer bukit akson diselubungi oleh simpai mielin. Simpai mielin yang berlekuk-lekuk disebut nodus ranvier  yang terletak di dalam saraf perifer.
Akson dan dendrit tergabung dalm berkas-kerkas jaringan ikat disebut endoneurium. Berkas ini tergabung menjadi berkas yang lebih besar disebut epineurium. Apabila sebuah akson terputus maka bagian yang terputus hubungan dengan korion akan mengalami degenerasi. Akson dan simpai mielinnya juga akan berdegenerasi.
Di luar susunan saraf terdapat selubung kedua di luar selubung mielin yang terdiri atas sel-sel Schwan. Sel-sel Schwan ini akan berproliferasi membentuk kolom-kolom, dari ujung sentral akson tumbuh masuk dalam kolom-kolom ini tersebut.


Selaput Otak (Meninges)
Selaput  yang  membungkus  otak dan sumsum tulang belakang  yang berfungsi melindungi struktur saraf  yang halus, membawa pembuluh darah dan cairan sekresi serebrospinalis (cerebrospinal), serta memperkecil benturan atau getaran pada otak dan sumsum tulang belakang.
Selaput otak (meninges) terdiri atas 3 lapisan.
1.       Durameter: selaput keras pembungkus otak yang berasal dari  jaringan ikat tebal dan kuat, pada bagian tengkorak terdiri atas selaput (periost) tulang tengkorak dan  durameter propia bagian dalam. Pada tempat tertentu durameter mengandung rongga yang mengalirkan darah dari vena otak, rongga ini dinamakan sinus vena. Diafragma sellae adalah lipatan berupa cincin dalam durameter yang menutupi sela tursika yaitu sebuah lekukan oada tulang sfenoid yang berisi kelenjar hipofisis.
2.       Arakhnoidea (Arachnoidea): selaput tipis yang membentuk sebuah balon yang berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral, otak, dan medula spinais. Arakhnoidea berada dalam balon yang berisi cairan. Kantong arakhnoid ke bawah berakhir di bagian sakrum, sedangkan medula spinalis berhenti setinggi  lumbal I-II. Di bawah lumbal II, kantong berisi cairan hanya terdapat saraf-saraf perifer  yang keluar dari medula spinalis karena pada bagian ini tidak ada medula spinalis. Bagian ini dapat dimanfaatkan untuk pengambilan cairan otak yang disebut lumbal pungsi.
Ruang subarak hnoid pada bagian bawah serebelum merupakan ruangan yang agak besar disebut sisterna magna (cisterna magna), karena besarnya sisterna magna maka dapat dimasukkan jarum ke dalam melalui foramen magnum untuk mengambil cairan otak, tindakan ini disebut pungsi sub oksipitalis (suboccipital puncture).
3.       Piameter: merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak. Piameter berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur jaringan ikat yang disebut trabekhel. Tepi flak serebri membentuk sinus longitudinal inferior dan sinus sagitalis inferior yang mengeluarkan darah dari flak serebri tentorium memisahkan serebrum dengan serebelum.


Sistem Ventrikel
Terdiri atas beberapa rongga dalam otak yang berhubungan satu sama lain. Fleksus koroid mengalirkan cairan serebrospinalis ke dalam rongga tersebut. Fleksus koroid dibentuk oleh jaringan pembuluh darah kapiler  otak tepi. Pada bagian piameter fleksus koroid membelok ke dalam ventrikel dan menyalurkan cairan serebrospinalis. Cairan ini bersifat alkli dan berwarna bening mirip plasma.

Sirkulasi Cairan Serebrospinalis
Cairan ini disalurkan oleh fleksus koroid ke dalam ventrikel yang ada dalam otak kemudian masuk ke dalam kanalis sumsum tulang belakang, lalu ke ruang subarakhnoid melalui ventrikularis. Setelah melintasi seluruh ruangan otak dan sumsum tulang belakang, akan kembali ke sirkulasi melalui granulasi arakhnoid pada sinus sagitalis superior.

Perjalanan Cairan Serebrospinalis. Setelah meninggalkan ventrikel, lateralis I dan II, cairan otak dan sumsum tulang belakang akan menuju ventrikel  III melalui foramen monro, masuk ke ventrikel  IV melalui akuaduktus Sylvius (aquaductus of Sylvius) kemudian cairan dialirkan ke bagian medial foramen Magendie (foramen of Magendie) selanjutnya ke sisterna magna.  Cairan tersebut akan membasahi bagian-bagian dari otak dan akan diabsorbsi oleh vili-vili yang terdapat pada arakhnoid. Jumlah cairan ini tidak tetap, berkisar antara 80-200 cc dan mempunyai sifat alkalis. Komposisi cairan serebrospinalis terdiri atas air, protein, glukosa, garam-garam, sedikit limfosit, dan karbon dioksida.


Otak
Suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh. Jaringan otak dibungkus oleh selaput otak dan tulang tengkorak  yang kuat yaitu terletak dalam kavum kranii. Berat otak orang dewasa kira-kira  1400 gram. Jaringan otak dibungkus oleh tiga selaput otak (meninges) yang dilindungi oleh tulang tengkorak dan mengapung dalam suatu cairan yang berfungsi menunjang otak yang lembek dan halus dan sebagai penyerap goncangan akibat pukulan dari luar terhadap kepala.


Otak Besar (Serebrum)
Mempunyai dua belahan yaitu hemisfer  kiri dan hemisfer kanan yang dihubungkan oleh massa substansi  alba (subtantia alba) yang di sebut korpus kalosum (corpus callosum). Tiap-tiap hemisfer meluas dari os frontal sampai os oksipital. Di atas fossa kranii anterior, media, dan posterior hemisfer dipisahkan oleh celah yang besar disebut fisura longitudinalis serebri.
Serebrum (telencepalon) terdiri atas: korteks serebri, basal ganglia (korpora striate) dan sistem limbik (rhinencephalon).

Korteks Serebri
Lapisan permukaan hemisfer disusun oleh substansi grisea (subtantia grisea). Korteks serebri yang berlipat-lipat disebut girus, sedangkan celah di antara dua lekuk disebut sulkus (fisura). Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri  telah diketahui memiliki fungsi spesifik. Pada tahun 1909, Brodmann  seorang neuropsikiater bangsa Jerman membagi korteks serebri menjadi 47 area berdasarkan struktur selular. Telah dilakukan banyak usaha untuk menjelaskan berbagai makna fungsional tertentu dari area-area tersebut. Peta Brodmann merupakan petunjuk umum yang sangat berguna bagi pembahasan korteks. Hemisfer otak dibagi dalam beberapa lobus atau daerah sesuai dengan tulang kranium.
Lapisan korteks terdiri atas bagian-bagian berikut ini.
1.       Lamina molekularis: mengandung sedikit sel, berjalan secara horizontal dengan percabangan akhir dendrit dari lapisan lebih dalam yang terdapat pada permukaan korteks.
2.       Lamina granularis eksterna: lapisan yang mengandung sel neuron berbentuk segitiga yang jumlahnya memadati lapisan ini.
3.       Lamina piramidalis: lapisan ini mengandung sel berbentuk piramid, di antara sel piramid terdapat sel-sel granular dengan akson yang berjalan naik ke arah lapisan superfisial.
4.       Lamina granularis interna: terdiri atas sel neuron berbentuk bintang berukuran kecil dengan akson pendek yang mencapai lapisan superfisial.
5.       Lamina ganglionaris: sel neuron granular sel neuron yang naik mencapai lamina molekularis akson dari sel ini memasuki substansi alba.
6.       Lamina multiformis: sel-selnya berbentuk kumparan dengan sumbu panjang tegak lurus terhadap permukaan korteks. Aksonnya mencapai substansi alba sebagai serat proyeksi aferen dan asosiasi.

Bagian-bagian dari korteks menurut Brodmann.
1.       Lobus frontalis
-          Area 4: area motorik primer. Sebagian besar girus presentralis dan bagian anterior lobus parasentralis.
-          Area 6: bagian sirkuit traktus piramidalis (area premotorik) berfungsi mengatur gerakan motorik dan premotorik.
-          Area 8: gerak mata dan perubahan pupil.
-          Area 9,10,11, dan 12: area asosiasi frontalis.

Terletak di depan serebrum, bagian belakang dibatasi oleh sulkus sentralis Rolandi, bagian lateral terbagi dalam girus frontalis superior, girus frontalis media, dan girus frontalis inferior. Pada bagian basal lobus frontalis terdapat girus orbitalis sebelah lateral dab girus rektus sebelah medial.

2.       Lobus parietalis
-          Area 3,1, dan 2: area sensorik primer (area post sentral). Meliputi girus sentralis dan meluas ke arah anterior sampai mencapai dasar sulkus sentralis.
-          Area 5 dan 7: area asosiasi somatosensorik. Meliputi sebagian permukaan medial hemisfer serebri.

Permukaan bagian atas dan lateral terdiri atas girus parietal posterior, girus parietal superior, girus supra marginalis, girus angularis, dan bagian medial lobus parasentralis.



3.       Lobus oksipitalis
-          Area 17: korteks visual primer. Permukaan medial lobus oksipitalis sepanjang bibir superior dan inferior sulkus kalkanius.
-          Area 18 dan 19: area asosiasi visual. Sejajar dengan area 17 meluas sampai meliputi permukaan lateral lobus oksipitalis.

Permukaan lateral terdiri atas girus oksipitalis lateralis bagian medial dan girus lingualis bagian basal, di antara kuneus (cuneus) dan girus linugalis terdapat fisura kalkarina (fisura calcarina).

4.       Lobus temporalis
-          Area 41: korteks auditorik primer. Meliputi girus temporalis superior meluas sampai permukaan lateral girus temporalis.
-          Area 42: area asosiasi auditorik. Area korteks sedikit meluas sampai permukaan girus temporalis superior.
-          Area 38, 40, 20, 21, dan 22: area asosiasi.

Permukaan lateral dibagi menjadi girus temporalis superior, girus temporalis media, dan girus temporalis inferior. Pada bagian basal terdapat girus fusiformis.

5.       Area broca (area bicara motorik): terletak di atas sulkus lateralis berfungsi mengatur gerakan berbicara.

6.       Area visualis: terdapat pada lobus posterior dan aspek medial hemisfer serebri di daerah sulkus kalkaneus yang merupakan daerah penerima visual. Gangguan dalam ingatan untuk peristiwa yang belum lama.

7.       Insula of Reil: bagian serebrum yang membentuk dasar fisura silvii yang terdapat di antara lobus frontalis, lobus parietalis, dan lobus oksipitalis. Bagian otak ini ditutupi oleh girus temporalis dan girus frontalis inferior.

8.       Girus singuli: bagian medial hemisfer, terletak di atas korpus kolosum.


Fungsi Korteks Serebri
1.       Korteks motorik primer (area 4, 6, dan 8)
Mengontrol gerakan volunter otot dan tulang pada sisi tubuh kontra lateral. Impulsnya berjalan melalui akson-akson dalam traktus kortiko bulber dan kortiko spinal menuju nukleinsaraf serebrospinal. Proyeksi motorik dari berbagai bagian tubuh terutama daerah kaki terletak di atas, sedangkan daerah wajah bilateral terletak di bawah. Daerah unilateral lain dari berbagai bagian tubuh akan mempunyai gambaran sesuai dengan tingkat perbandingan ketrampilan. Apabila mempunyai ketrampilan yang tinggi akan mempunyai gambaran yang luas.
-          Lesi area 4, akan mengakibatkan paralisi kontralateral dari kumpulan otot yang dipersarafi.
-          Area 6 dan 8, pada perangsangan akan timbul gerakan mata dan kepala.
2.       Korteks sensorik primer (area 3, 4, dan 5)
Merupakan penerima sensasi umum (area somesthesia) dan penerima serabut saraf radiasi talamikus yang membawa impuls sensoris dari kulit, otot sendi, dan tendon di sisi kontralateral. Apabila terjadi lesi pada daerah ini akan menimbulkan gangguan sensasi pada sisi tubuh kontralateral. Pada bagian ini terdapat homonkulus (homonculus) sensorik yang menggambarkan luas daerah proyeksi sensorik dari bagian-bagian tubuh di sisi tubuh kontralateral. Luasnya daerah sensorik suatubagian tubuh pada daerah ini sebanding dengan jumlah reseptor di bagian tubuh tersebut.
3.       Korteks visual (penglihatan; area 17)
Terlatak di lobus oksipitalis pada fisura kalkarina. Apabila terjadi lesi iritatif akan menimbulkan halusinasi visual, sedangkan lesi destruktif akan menimbulkan gangguan lapangan pandang. Korteks ini menerima impuls dari radio optika.
4.       Korteks auditorik (pendengaran; primer area 41)
Terletak pada transverse temporal gyrus di dasar fisura lateralis serebri. Korteks ini menerima impuls dari radio auditorik yang berasal dari korpus genikulatum medialis (corpus geniculatum mediale). Apabila terjadi lesi pada area ini hanya menimbulkan kehilangan pendengaran ringan kecuali bila lesinys terjadi bilateral.
5.       Area penghidu (Olfactory Reseptive Area)
Terletak di unkus (uncus) dan daerah yang berdekatan dengan girus parahipokampus (gyrus parahippocampalis) lobus temporalis. Kerusakan pada jalur olfaktorius akan menimbulkan anosmia (tidak mampu menghidu). Apabila terjadi lesi iritasi menimbulkan halusinasi olfaktorius (uncinate fits). Pada keadaan ini penderita dapat menghidu bau-bau yang aneh atau mengecap rasa yang aneh.
6.       Area asosiasi
Korteks yang mempunyai hubungan dengan area sensorik mupun motorik, dihubungkan oleh serabut asosiasi. Pada manusia penting untuk beraktivitas mental yang tinggi, seperti berbicara, menuliskan kata-kata, dan sebagainya. Pada manusia terdapat 3 daerah asosiasi yang penting yaitu: 1) daerah frontal (di depan korteks motorik), 2) daerah temporal (antara girus temporalis superior dan korteks limbik), dan 3) daerah pariotooksipital (antara korteks somastetik dan korteks visual).
Kerusakan daerah asosiasi akan menimbulkan gangguan dengan gejala yang sesuai dengan tempat kerusakan, misanya pada area 5 dan 7 akan menimbulkan astereognosis (tidak mampu mengenali bentuk benda yang diletakkan di tangan dengan mata tertutup). Hal ini karena area ini merupakan pusat asosiasi  sensasi (indra) kulit.
7.       Korpus kallosum (corpus callosum)
Pemotongan total korpus kallosum pada manusia menimbulkan:
a.       Tidak dapat  memasangkan obyek pada satu tangan dengan pasangan tangan yang lain,
b.      Tidak dapat mencocokkan obyek yang terlihat oleh lapang pandang salah satu mata dengan obyek yang sama tetap terlihat oleh lapang pandang mata lainnya,
c.       Tidak mampu melakukan kegiatan dengan ekstremitas kiri (misalnya bila diperintah secara verbal) dan tidak dapat mengenali benda yang diletakkan pada tangan kiri,
d.      Apraxia yaitu ketidakmampuan menjalankan perintah untuk melakukan gerakan terampil, tetapi bukan disebabkan oleh paralisis, ataxia, dari gangguan sensorik ataupun tidak mengerti.




Basal Ganglia
Terdiri atas beberapa kumpulan substansia grisea padat yang terbentuk dalam hubungan yang erat dengan dasar ventrikulus lateralis. Ganglia basalis merupakan nuklei subkortikalis yang berasal dari telensefalon. Pada otak manusia, ganglia basalis terdiri atas beberapa elemen saraf sebagai berikut.
1.       Nukleus kaudatus dan putamen. Nukleus kaudatus sering disebut korpus striatum, sedangkan putamen dan globus palidus disebut nukleus lentikularis/lentiformis.
-          Korpus striatum: merupakan suatu kumpulan substansia grisea di sebelah anterior kaput nuklei kaudatus berhubungan dengan nukleus lentiformis. Fungsi korpus striatum adalah pengendalian gerakan-gerakan tertentu dan tonus otot. Korpus striatum tidak bekerja sendiri tapi merupakan bagian penting dari sistem ekstrapiramidal tetapi tetap di bawah pengendalian korpus striatum.
-          Nukleus lentiformis: merupakan lapisan subtansia yang tipis di antara korteks dan permukaan lateral putamen.
2.       Globus pallidus. Terdiri atas dua bagian yaitu globus palidus medialis dan globus palidus lateralis. Globus palidus terletak di sebelah lateral kapsula interna dan dikenal sebagai paleostriatum.
3.       Korpus amigdaloideum (corpus amygdaloideum). Dikenal sebagai arkhistriatum (archistriatum), terletak di sebelah dalam lobus temporalis dan mempunyai hubungan olfaktorik, hipotalamus, dan fungsi-fungsi viseral.
-          Hubungan aferen: langsung melalui serat traktus olfaktorius lateralis untuk mencapai bagian anterior, kelompok nuklei pars kortiko medialis, dan tidak langsung melalui unkus untuk mencapai kelompok nuklei pars basolateralis.
-          Hubungan eferen: stria terminalis berjalan melengkung sepanjang tepi medial nukleus kaudatus berakhir dalam nukleus hipotalamus ventromedialis dan fibrae amygdalo. Beberapa serat ini mencapai nukleus medialis dorsalis talami, girus paraterminalis, dan girus cinguli.

Fungsi korpus amigdaloideum menunjukkan hubungan yang erat dengan fungsi olfaktorius, dan mempunyai hubungan dengan batang otak untuk mengendalikan kegiatan viseral emosional.
Secara fungsional basal ganglia merupakan satu satuan fungsi dari:
a.       Nukleus kaudatus, putamen, dan globus pallidus,
b.      Nukleus subtalmikus,
c.       Subtansia nigra,
d.      Nukleus ruber (red nucleus).
Hubungan antara nuklei basal ganglia ini sangat kompleks. Nuklei basal ganglia mendapat impuls dari daerah motorik dan premotorik. Fungsi yang tepat dari basal ganglia belum jelas, perangsangan pada umumnya juga tidak memperlihatkan hasil yang jelas tetapi perangsangan pada kaudatus menghambat stretch reflex. Hambatan mungkin terjadi dengan cara penngaktifan area inhibisi pada korteks melalui jalur umpan balik talamo kortikal.
Basal ganglia aktif pada gerakan lambat dan mantap, sedangkan pada gerakan cepat dan tiba-tiba basal ganglia tidak aktif. Basal ganglia sudah mulai aktif sebelum gerakan dimulai karena berperan dalam penataan dan perencanaan gerakan yaitu dalam proses konversi pikiran menjadi gerakan volunter. Aktivitasnya disalirkan melalui talamus menuju korteks dan jarak kortikospinalis merupakan jalur akhir menuju ke neuron motorik.
Kerusakan pada ganglia basalis pada manusia menimbilkan gangguan fungsi motorik.
1.       Hiperkinetik: terjadinya gerakan-gerakan abnormal yang berlebihan.
2.       Hipokinetik: berkurangnya gerkan misalnya kekakuan.

Penyakit Parkinson (Paralisis Agitans). Terjadi pada orang tua karena adanya kerusakan pada neuron. Tanda-tandanya antara lain terjadi kesulitan dalam awalan gerakan volunter dan terjadi pengurangan gerakan yang biasanya menyertai gerakan utama misalnya ayunan tangan waktu berjalan dan ekspresi wajah. Tremor yang terjadi pada waktu istirahat akan hilang bila melakukan gerakan.


Sistem Limbik (Rhinencephalon)
Merupakan bagian otak yang terdiri atas jaringan allokorteks yang melingkar di sekeliling hilus hemisfer serebri serta berbagai struktur lain yang lebih dalam yaitu amigdala, hipokampis, dan nuklei septal. Sistem limbik (rhinencephalon) berperan dalam fungsi penghidu, perilaku makan, serta bersama dengan hipotalamus berfungsi dalam perilaku seksual, emosi, takut, dan marah, serta motivasi.
Rangsangan sistem limbik menimbulkan efek otonom terutama perubahan tekanan darah dan pernapasan, diduga efek otonom ini merupakan bagian dari fenomena kompleks seperti respons, emosi, dan perilaku. Rangsangan nuklei amigdaloid menimbulkan gerakan mengunyah dan menjilat, serta aktivitas lainnya yang berhubungan dengan makan. Apabila terjaddi lesi amigdala akan menimbulkan hiperfagia.
Sistem limbik diterapkan untuk bagian otak yang terdiri atas jaringan allokorteks sekeliling hilus hemisfer serebri bersama struktur yang letaknya lebih dalam yaitu amigdala, hypokampus dan nuklei septal. Disebut rhinensefalon karena berhubungan dengan penghidu.


Otak Kecil (Serebelum)
Serebelum (otak kecil) terletak dalam fossa kranial posterior, di bawah tentorium serebelum bagian posterior dari pons varolii dan medula oblongata. Serebelum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis. Serebelum dihubungkan dengan otak tengah oleh pedunkulus serebri superior, dengan pons paroli oleh pendunkulus serebri media dan dengan medula oblongata oleh permukaan pedunkulus serebri inferior. Lapisan permukaan setiaf hemisfer serebri disebut korteks yang disusnn oleh subtansia grisea. Lapisan-lapisan korteks serebri ini dipisahkan oleh fisura transversus yang tersusun rapat. Kelompok massa subtansia grisea tertentu pada serebelum tertanam dalam substansia alba yang paling besar dikenal sebagai nukleus dentatus.
Serebelum berfungsi dalam melakukan tonus otot dan mengkoordinasikan gerakan otot pada sisi tubuh yang sama. Berat serebelum ± 150 gram (8%-9%) dari berat otak seluruhnya. Sama seperti lobuli serebelum, vermis juga dibagi dalam beberapa bagian dari depan ke belakang yaitu:
-          Lobulus quadrangularis anterior lingua,
-          Lobus sentralis kulmen,
-          Quadrangularis posterior deklive,
-          Lobulus semilunaris inferior tuber.

Potongan melintang serebelum dibagi atas 3 bagian.
a.       Arkhi serebelum. Lobus otak kecil merupakan bagian kolumna aferen somatik. Lobus ini menerima input langsung lewat serabut saraf vestibularis dan nukleus vestibularis medialis inferior, berperan sebagai tonus otot keseimbangan dan sikap tubuh.
b.      Paleoserebelum. Bagian terbesar dari vermis superior hemisfer otak kecil di depan visura prima. Bagian ini merupakan input dari susunan saraf vestibularis yang berperan pada pengaturan tonus otot.
c.       Neoserebelum. Bagian utama dari otak kecil. Bagian vermisnya merupakan suatu banguna neokorteks serebelum, nukleus pons, dan nukleus oliveri inferior prinsipal pada medula oblongata. Input diperoleh dari indra penglihatan, pendengaran, dan kulit. Peranan secara mendasar adalah menjaga kehalusan kontraksi otot serta ketetapan kekuatan arah dan besarnya garapan gerakan volunter.


Struktur internal. Serebelum terdiri atas korteks substansia grisea dan korteks substansia alba, di dalamnya terdapat kumpulan neklei pada tiap-tiap hemisfer nuklei.
a.       Nukleus dentatus: menerima serabut dari bagian neoserebelum lobus posterior dan lobus anterior, lalu mengirim serabut ke nukleus ruber (red nukleus dan nukleus netro lateral talamus).
b.      Nukleus interpolaris: terdiri atas nukleus globulus dan nukleus emboliformis. Kedua nukleus ini menerima serabut dari paleoserebelum dan mengirim serabut ke nukleus ruber.
c.       Nukleus fastigii (fastiogial nucleus):  menerima serabut dari lobus flokulonodulus (lobus flocculonodularis), lalu mengirim serabut ke nukleus vestibularis dan nukleus restikularis melalui fasikulus unsinatus (fasciculus uncinatus).


Substansia Alba Serebelum
Mengandung 3 kelompok serabut proyeksi yang berpasanga sebagai berikut.
a.       Pedunkulus serebelaris superior (Brachium conjunctivum)
-          Serabut dentatorubral dan dentatotalamikus membawa impuls dari nukleus dentatus ke nukleus ruber kontra lateral dan ke talamus.
-          Traktus spino serabelaris ventralis, masuk ke serebelum dari medula spinalis dan berakhir pada korteks paleo serebelum.
-          Fasikulus unsinatus (hook bundle of russell). Melalui fasikulus ini serabut dari nukleus fastagii berakhir pada nukleus vestibularis.
b.      Pedunkulus  serebelaris medialis (Brachium pontis). Merupakan bagian terbesar, tempat berjalannya serabut dari nulkei di pons yang menuju ke neoserebelum kontralateral.
c.       Pedunkulus  serebelaris medialis (Restiform body)
-          Traktus olivo sereberalis, berasal dari nukleus oliverius inferior kontralateral menuju ke korteks hemisfer dan vermis serebelum.
-          Traktus spinoserebelaris dorsalis, mengandung serabut dari medula spinalis menuju ke korteks lobus anterior dan ke bagian piramidal dari paleoserebelum.
-          Serabut arkuatus eksterna dorsalis, berasal dari nuklei funikulus grasilis dan kuneatus.





Batang Otak (Trunkus serebri)
Pada permukaan batang otak terdapat medula oblongata, pons varolii, mesensefalon, dan diensefalon. Talamus dan epitalamus terlihat di permukaan posterior batang otak yang terletak di antara serabut capsula interna. Di sepanjang pinggir dorsomedial talamus terdapat sekelompok serabut saraf berjalan ke posterior basis epifise.


Diensefalon
Merupakan bagian dari batang otak yang paling atas, terletak di antara serebelum dan mesensefalon. Pada bagian tengah diensefalon terdapat ventrikel III, bagian kiri dan kanan ventrikel III pada bagian dorsalnya terdapat talamus, di bawah talamus terdapat hipotalamus. Bagian lateral dari hipotalamus bersambung dengan mesensefalon disebut sebagai subtalamus yaitu daerah yang membentuk atap dari ventrikel III.
Pada bagian belakang sebelah depan lateral talamus terdapat nuklei kaudatus yang merupakan salah satu ganglia basalis yang mempunyai ekor yang melintas di atas talamus. Pada bagian lateral nukleus kaudatus dan talamus terdapat kapsula interna yang menghadap ke lateral. Kurs anterior dan kurs posterior mengapit nukleus lentikularis dan sebelah luarnya terdapat kapsula eksterna. Insula ke arah depan berhubungan dengan lobus frontalis, ke belakang lobus parietalis, dan lobus temporalis merupakan dasar dari visura silvii.
Diensefalon merupakan suatu struktur dari ventrikel III yang terdiri atas bagian-bagian berikut.
1.       Talamus
 merupakan massa substansia grisea yang terdapat pada tiap hemisfer, terletak di kedua sisi ventrikel III. Radiasio talamus suatu istilah yang digunakan untuk traktus yang keluar dari permukaan lateral talamus masuk ke kapsula interna dan berakhir pada korteks serebri.
Nuklei talamus terdiri atas 5 kelompok:
a.       Anterior nuklear group: menerima serabut dari korpus mamilaris (mammilary body)
Melalui traktus mamilo talamikus dan berakhir di korteks singuli,
b.      Nuklei of medline: menghubungkan talamus dengan hipotalamus,
c.       Medial nuklei: nuklei di daerah ini memberikan masukan ke korteks frontalis,
d.      Lateral nuklear mass, terdiri atas:
-          Nukleus retrikuler,
-          Nukleus ventralis anterior berhubungan dengan korpus striatum,
-          Nukleus ventro postero lateral memproyeksi kr girus post sentral area 1, 2, 3, dan menerima serabut dari lemniskus medialis, traktus spinotalamikus, dan traktus trigeminus.
-          Nukleus dorsolateral dan nukleus posterolateral memproyeksikan ke korteks lobus parietalis.
e.      Posterior nuklei, terdiri atas:
-          Nuklei pulvinar (nuclei pulvinares), berhubungan dengan korteks lobus parietal dan temporal,
-          Korpus genikulatum medialis (corpus geniculatum mediale), menerima serabut dari akustik lemniskus lateralis dan kolikus superior kemudian diproyeksi ke korteks lobus temporalis melalui radiasio akustika,
-          Korpus genikulatum lateralis (korpus geniculatum laterale), menerima impuls dari traktus optikus dan memproyeksikannya ke kirteks visual (regio kalkarina) area 17 melalui radiasio genekulo kalarina (radiasio optika).

2.       Nukleus subtalamus
Suatu daerah terbatas di sebelah ventrikel talamus, di sebelah medial kapsul interna, bagian ventral thalamus, bagian medial kapsula interna, dan sebelah lateral hipotalamus, serta di antara talamus dan tegmentum mesensefalon.
Fungsi nukleus subtalamus adalah:
a.       Nuklei penghubung: mengirim dan menerima serat-serat dari daerah korteks serebri tertentu yang mempunyai fungsi spesifik,
b.      Nuklei asosiasi: mengirim serat-seratnya ke daerah-daerah korteks asosiasi,
c.       Nuklei proyeksi subkortikal: mengirim serat-seratnya ke nuklei subkortikal.

3.       Epitalamus
Berada di sebelah posterior ventrikel ke III, terdiri atas korpus pineale, stria medularis talami, trigonum habenulare, dan komisura posterior.

4.       Hipotalamus
Bagian terbesar dari otak terletak pada bagian ventral dari talamus, di atas kelenjar pituitri dan membentuk dasar dari dinding lateral ventrikel III. Hipotalamus mempunyai beberapa nuklei. Salah satu fungsi penting nukleus adalah mengatur keseimbangan tubuh.

Efek stimulasi hipotalamus terhadap sistem saraf simpatis adalah mengintergrasikan respons otonom dengan berbagai area aktivitas otak. Pengaruh jalur saraf ini disalurkan melalui serat-serat difuse (menyebar luas) yang disalurkan melalui susunan fibrae periventrikularis, fibrae hipotalamus, dan fasikulus.
Hipotalamus dianggap sebagai salah satu pusat utama yang berkaitan dengan ekspresi emosi karena berfungsi menerjemahkan emosi yang timbul di daerah korteks melalui proses asosiasi intrakortikal hingga menjadi reaksi emosional yang sesuai dengan keadaan. Hipotalamus merupakan daerah sinaps yang penting dalam jalur-jalur yang bersangkutan dengan kegiatan makan dan minum (rasa haus dan lapar).



Mesensefalon
Adalah bagian otak yang terletak antara pons varolii dan hemisfer serebri. Bagian dorsal mempunyai tonjolan yang disebut korpora quadrigemina, terdiri atas:
1.       Dua kolikulus superior berhubungan dengan sistem penglihatan,
2.       Dua kolikulus inferior berhubungan dengan pendengaran.

Bagian lain dari mesensefalon antara lain:
1.       Substansia nigra,
2.       Tegmentum dengan nukleus bersama substansia nigra termasuk dalam basal ganglia fungsional,
3.       Terdapat nuklei saraf krnial yaitu: nukleus nervus III, nukleus nervus IV, dan nukleus nervus V,
4.       Formasi retikularis.


Pons varolii. Dinding lateral atas pons dibentuk oleh brakhium konjungtivum dan brakhium pontis yang berhubungan dengan mesensefalon dan pons varolii serta dengan serebelum. Dasar dari pons varolii dibentuk oleh traktus piramidalis, nuklei pons varolii, dan serat saraf pons. Pons varolii terletak ventral dari serebelum dan anterior dari medula oblongata. Kerusakan pada pons varolii pada umumnya menimbulkan hemiplegia yang jenisnya tergantung pada nukleus saraf motorik yang terkena.



Medula Spinalis
Medula spinalis merupakan bagian sistem saraf pusat yang menggambarkan perubahan terakhir pada perkembangan embrio.  Medula spinalis terdiri atas dua belahan yang sama dipersatukan oleh struktur intemedia yang dibentuk oleh sel saraf dan didukung oleh jaringan interstisial.
Medula spinalis membentang dari  foramen magnum sampai setinggi vertebrae lumbalis I dan II, ujung bawahnya runcing menyerupai kerucut yang disebut konus medularis, terletak di dalam kanalis vertebralis melanjut sebagai benang-benang (filum terminale) dan akhirnya melekat pada vertebra koksigialis pertama. Kira-kira setinggi vertebra servikalis III sampai vertebra torakalis II, medula spinalis menebal ke samping. Penebalan ini dinamakan intumensensia servikalis.
        

Sruktur Permukaan. Pada permukaan depan (ventral) terdapat celah yang dalam disebut fisura mediana anterior. Pada permukaan belakang (dorsal) terdapat alur sulkus medialus posterior yang membagi medula spinalis menjadi dekstra dan sinistra yang simetris, sedangkan di sisi samping (lateral) terdapat alur yang panjang dinamakan sulkus lateralis anterior. Pada jalur ini terdapat serabut halus yang membentuk radiks anterior. Pada jarak tertentu saraf spinalis keluar dari medula spinalis melalui foramen intervertebralis pada segmen yang sama dan kolumna vertebralis yang tidak sama.

Struktur Bagian Dalam. Dinding kanalis dilapisi oleh sel-sel ependim di sekitar kanalis sentralis terlihat substansi yang berwarna abu-abu berbentuk sepeti huruf H disebut subtansia grisea, terdiri atas sel saraf, serabut saraf tidak bermielin, neuroglia, dan pembuluh darah. Subtansia yang berwarna putih terdapat di sekeliling subtansia grisea disebut subtansia alba, terdiri atas berkas serabut saraf bermielin tersusun membujur sepanjang medula spinalis.
Pada segmen servikalis ke VIII sampai lumbal II di antara kornu anterior dan posterior terdapat tonjolan ke samping (kornu lateral) bebrbentuk batang dinamakan kolumna anterior, posterior, dan lateralis. Bagian kiri dan kanan substansia griea dihubungkan oleh kommisura grisea anterior dan kommisura grisea posterior, sedangkan substansia alba kiri dan kanan dihubungkan oleh kommisura alba posterior.

Nervus Kranial (Saraf Otak)
Saraf otak merupakan susunan saraf yang terdapat pada bagian kepala. Saraf otak akan keluar dari otak melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak lalu berhubungan erat dengan oto, indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra pengecap, dan indra perasa. Di dalam kranial ada dua saraf kranial yang merupakan serabut campuran atau gabungan yaitu saraf motorik dan saraf sensorik yang merupakan stasiun penghubung untuk impuls-impils dari pusat-pusat saraf yang lebih tinggi ke organ efektor dan impuls saraf perifer ke pusat-pusat saraf dalam susunan saraf pusat.
Nervus kranial juga merupakan bagian yang penting dari lengkung-lengkung refleks, melalui batang otak hubungan antara neuron sensorik dengan neuron motorik terjalin melalui se neuron.

Urutan Saraf
saraf
Sifat saraf
Asal saraf dan fungsi saraf
I
Olfaktorius
Sensorik
Dari bagian olfaktori otak menuju epitel hidung, berfungsi untuk penciuman.
II
Optikus
Sensorik
Dari otak tengah menuju ke retina mata, berfungsi untuk penglihatan.
III
Okulomotorius
Motorik
Dari dasar otak tengah menuju ke otot mata, iris, dan bola mata berfungsi menggerakannotot mata kiri dan kanan.
IV
Trokhlearis
Motorik
Dari dasar otak tengah menuju otot mata berfungsi menggerakan bola mata.
V
Trigeminus
-          Optikus
-          Maksilaris
-          Mandibularis
Motorik dan sensorik
Motorik dan sensorik
Sensorik
Motorik dan sensorik
-
Kulit kepala dan kelopak mata atas
Rahang atas, palatum dan hidung
Rahang bawah dan lidah.
VI
Abdusen
Motorik
Dari tepi sumsum otak menuju ke otot mata berfungsi menggerakan mata.
VII
Fasialis
Sensorik dan motorik
Dari sumsum otak menuju lidah dan otot muka, saraf sensorik berfungsi untuk mengecap dan saraf motorik untuk mengatur mimik muka.
VIII
Koklea vestibularis
Sensorik
Dari tepi medula otak menuju organ kortil dalam koklea (rumah siput) dan saluran semi sirkuler, berfungsi untuk pendengaran.
IX
Faringeus
Sensorik dan motorik
Dari tepi medula otak menuju lidah dan otot faring, saraf sensorik berfungsi untuk mengecap dan saraf motorik untuk menggerakan faring.
X
Vagus
Sensorik dan motorik
Dari tepi dasar otak menuju faring, kentung suara, paru-paru, jantung, alat pencernaan, saraf motorik menggerakan paru-apru, pita suara, kontraksi jantung dan gerakan peristaltik, saraf sensorik mengatur suara dan saraf perasa.
XI
Assesorius
Motorik
Dari otak menuju langit-langit, laring, pita suara dan leher, berfungsi menggerakan otot faring, laring dan leher.
XII
hipoglossus
Motorik
Dari dasar otak menuju otot lidah dan leher,  berfungsi menggerakan otot lidah dan leher.

Pleksus Brakialis
Saraf-saraf spinal dari segmen servikal IV sampai torakal I membentuk jala saraf yang mengurus persyarafan lengan, yang terdapat dalam rongga torak terlebih dahulu membentuk nervus medianus yang mempersarafi otot fleksor lengan.
a.       Nervus medianus: mengetulkan tangan dan jari, mempersarafi kulit telapak tangan mulai dari jari sampai tangan sampai setengah bagian radikal jari keempat (jari manis). Saraf servikal VII dan torakal I membentuk nervus ulnaris yang mempersarafi otot-otot tangan di daerah hipotenar telapak tangan di atas pergelangan pada sisi tulang hasta.
b.      Nervus ulnaris: mempunyai cabang sensoris yang mempersarafi kulit, tangan, bagian ventral telapak tangan dari jari kelima dan setengah bagian ulna jari manis. Saraf servikal V dan VI bagian dorsal membentuk nervus asesorius, terletak di bagian dorsal membentuk nervus radialis.
c.       Nervus radialis: mempersarafi muskulus deltoideus dan mempersarafi otot ekstensor, kulit lengan, dan tangan bagian dorsal.


Pleksus Lumbosakralis
Saraf-saraf spinal sampai sakral V membentuk jala saraf yang inervasi/mempersarafi tungkai jala ini tersusun dalam dua bagian dorsal dan bagian ventral. Saraf lumbal I dan II membentuk nervus genito femoralis yang mengatur persarafan kulit daeraah genitalia dan paha bagian ata, sedangkan bagian medial komponen motorik mempersarafi otot kremaster. Saraf lumbal II, III, dan IV membentuk nervus obturatorius yang mempersarafi otot obturator dan abduktor paha bagian sensoris mempersarafi persendian paha. Bagian dorsal membentuk nervus femoralis muskulus quadrisep femoris. Saraf lumbal II dan III bagian dorsal membentuk saraf kutaneus femoralis lateralis yang mempesarafi kulit paha bagian lateral. Saraf lumbal IV sampai dengan sakral III bagian ventral membentuk nervus tibialis.
Saraf lumbal IV sampai dengan sakral II bagian dorsal bersatu menjadi nervus peroneus (fibularis komunis). Nervus tibialis dan nervus peroneus komunis menjadi satu membentuk nervus iskiadikus. Nervus tibialis mempersarafi otot-otot ekstensor pada tungkai
Bawah dan kulit daerah telapak kaki. Nervus fibularis kommunis bersabang tiga, yaitu nervus fibularis superfisialis, nervus fibularis profundus, dan nervus rekurens artikularis.

            




Sistem Saraf Tepi
Merupakan penghubung susunan saraf pusat dengan reseptor sensorik dan efektor motorik (otot dan kelenjar). Saraf tepi terdiri atas ribuan serabut saraf yang dikelompokkan dalam ikatan-ikatan yang masing-masing kelompok dibungkus oleh jaringan ikat. Setiap serabut saraf adalah sebuah akson  dari neuron sensorik, motorik, atau otonom perifer.
Serabut saraf perifer berhubungan dengan otak dan korda spinalis, terdiri atas 12 pasang saraf kranial yang keluar dari tempat berbeda dari dalam otak dan 31 pasang saraf spinal yang merupakan persatuan kelompok serabut dari dua akar spinal yaitu akar dorsal yang membawa serabur sensoris dan akar ventral membawa serabut motorik (somatik dan otonom).
Dengan demikian setiap saraf spinal adalah gabungan dari serabut motorik, somatik, sensorik somatik, dan otonom. Sesuai dengan asal keluarnya di vertebra, maka saraf spinal terdiri atas 8 pasang saraf servikal, 12 pasang sarsf torakal, 5 pasang saraf lumbal, 5 pasang saraf sakral, 1 pasang saraf koksigeal. Saraf spinal daerah servikal mengurus leher, lengan, dan bahu; saraf spinal daerah torakal mengurus badan; saraf daerah lumbal mengurus tungkai; dan saraf sakro koksigeal mengurus alat kelamin, pelvis, dan sekitar pangkal paha.
Saraf tepi tersusun atas:
a.       Susunan saraf somatik
b.      Susunan saraf otonom
1.       Susunan saraf simpatis
2.       Susunan saraf parasimpatis


Susunan Saraf Somatik
Indra somatik merupakan saraf yang mengumpulkan informasi sensoris dari tubuh. Indra ini berbeda dengan indra khusus (penglihatan, penghiduan, pendengaran, pengecapan, dan keseimbangan). Indra somatik dapat digolongkan menjadi 3 jenis.
1.       Indra somatik mekano reseptif: yang dirangsang oleh pemindahan mekanisme sejumlah jaringan tubuh. Meliputi indra raba, tekanan dan tekanan yang menentukan posisi relatif dan kecepatan gerakan berbagai bagian tubuh, dikelompokkan sebagai berikut:
-          Sensasi ekteroreseptif: sensasi dari permukaan tubuh,
-          Sensasi proprioseptif: sensasi yang berhubungan dengan keadaan fisik tubuh termasuk sensasi kinestetik, sensasi tendo, dan otot tekanan dari dasar kaki.
-          Sensasi viseral: sensasi dari viseral tubuh organ dalam yang berasal dari jaringan dalam seperti tulang, fasia terutama meliputi tekanan nyeri dan getaran dalam.
2.       Indra termoreseptor: yang mendeteksi panas dan dingin.
3.       Indra nyeri: diaktifkan oleh faktor apa saja yang merusak jaringan, perasaan kompleks karena menyertakan sensasi perasaan dan emosi.

Daerah asosiasi somatik korteks parietal terletak tepat di belakang daerah sensoris somatik, memegang peranan penting dalam memisahkan informasi sensoris yang memasuki daerah sensoris somatik yang disebut daerah asosiasi somatik. Perangsangan listrik dalam daerah asosiasi somatik bergabung dengan informasi dari berbagai tempat di dalam daerah sensoris somatik.


Susunan Saraf Otonom
Saraf yang mempersarafi alat-alat dalam tubuh seperti kelenjar, pembuluh darah, paru-paru, lambung, usus, dan ginjal. Alat ini mendapat dua jenis persarafan otonom yang fungsinya saling bertentangan, kalau yang satu merangsang yang lainnya menghambat dan sebaliknya. Kedua susunan saraf ini disebut saraf simpatis dan saraf parasimpatis.


Saraf Simpatis
Terletak di dalam kornu lateralis medula spinalis servikal VIII sampai dengan lumbal I, dari sini keluar akson yang mengikuti saraf motorik di dalam radiks anterior. Setelah keluar dari kanalis vertebralis, saraf simpatis keluar dari radiks motorik dan masuk ke dalam trunkus simpatikus (truncus symphaticus) merupakan suatu rantai ganglia simpatis yang terdapat di sebelah kiri dan kanan kolumna vertebralis. Trunkus simpatikus kiri dan kanan pada daerah sakral bagian bawah bergabung menjadi satu dalam ganglion. Pada daerah servikal terdapat 3 buah ganglia.
1.       Ganglion stelatum (ganglion stellatum).
2.       Ganglia servikalis media (ganglion cervikale medium).
3.       Ganglia servikal superior (ganglion cervikale superius).

Di dalam trunkus simpatikus, saraf simpatis langsung bersinapsis berjalan ke atas dan ke bawah, keluar dari ganglion simpatis bergabung kembali dengan nervus spinal.
Pada bagian abdomen, saraf simoatis melewati trunkus simpatikus membentuk saraf perifer tersendiri. Saraf simpatis berasal dari torakal V sampai dengan IX membentuk nervus splanknikus mayor (nervus splanchnicus major) yang berasal dari torakal X, XI, dan XII membentuk nervus splanknikus minor (nervus splanchnicus minor). Setelah keluar dari ganglion mesenrikus superior, saraf ini membentuk jala saraf yang disebut pleksus solaris.
Saraf simpatis yang berasal dari torakal V samapi dengan IX mengurus persarafan semua alat-alat yang berada di dalam rongga abdomen.
Saraf torakal I sampai dengan IV mempesarafi jantung dan paru-paru. Alat-alat dalam kepala mendapat persarafan simpatis yang berpusat pada kornu lateralis medula spinalis servikal VIII dan torakal I. Saraf ini berjalan ke atas dalam trunkus simpatikus dan bersinaps dalam salah satu ganglion servikal lalu berjalan mengikuti percabangan arteri karotis komumnis untuk mempersarafi pembuluh darah muka, kelenjar keringat, kelenjar ludah, kelenjar air mata, dan pupil.


Saraf Parasimpatis
Mengurus konstriksi pupil berjalan dengan nukleus okulomatorius dan bersinaps di ganglion siliare yang terdapat di dalam orbita dan mempersarafi pupil. Saraf ini mengurus sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, dan kelnjar submandibularis, serta kelenjar mukosa rongga hidung. Pusat saraf ini terdapat dalam pons varolii bagian bawah. Saraf yang mengurus kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung berpusat pada nuklei maksilaris. Saraf-sarafnya keluar bersama nervus fasialis kemudian berjalan dalam nervus petrosus superfisialis mayor bersinapsis di ganglion speno palatinum mengurus kelenjar air mata dan kelenjar mukosa hidung.
Saraf yang mengurus kelenjar ludah sublingualis berpusat pada nukleus salivatorius superior. Saraf ini mengikuti nervus VII kemudian berjalan di dalam korda timpani bergabung dengan nervus lingualis kemudian bersinaps di ganglion submandibularis. Dari ganglion ini berjalan saraf II ke kelenjar yang disarafinya yaitu glandula submandibularis dan sublingualis. Saraf parasimpatis yang mengurus glandula parotis berpusat pada nukleus salivatorius inferior di dalam medula oblongata. Saraf-saraf ini mengikuti nervus IX dan bersinaps di ganglion optikum di dalam fossa zigomatikum yang terletak di bawah foramen ovale, sedangkan serat-serat post ganglionnya mempersarafi kelenjar parotis.
Di bawah nukleus salivatorius inferior terdapat nukleus dorsalis (nervus X) yang menjadi pusat pernapasan parasimpatis sebagai alat tubuh yaitu: jantung, paru-paru, gastrointestinal, ginjal, pankreas, limpa, hepar, dan glandula suprarenalis.
Kolon desendens sigmoid, rektum, kandung kemih, dan alat reproduksi dipersarafi oleh saraf parasimpatis yang berpusat pada sakral II-IV. Saraf ini berpusat pada kornu lateralis dan meninggalkan medula spinalis di dalam radiks motorik membentuk nervus splanknikus pelvis, serta bersinaps di dalam ganglion yang disarafinya.

                













Fisiologi Sistem Persyarafan

Fungsi Sel Saraf
Satuan fungsional susunan saraf adalah neuron. Biasanya disebut sel saraf. Neuron membawa pesan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain. Pesan sensasi dan informasi ini disebut impuls (rangsangan). Neuron memiliki dua sifat penting yaitu eksitabilitas atau kemampuan berespons terhadap rangsangan dan konduktivitas atau kemampuan meneruskan sinyal.
 Secara fungsional dikenal tiga macam neuron. Neuron sensoris adalah neuron yang mendeteksi perubahan dalam lingkungan, di dalam maupun di luar tubuh. Mereka membawa rangsangan dari organ sensoris, kulit, otot, dan organ dalam, ke medula spinalis atau otak. Interneuron adalah neuron yang menerima pesan sensoris dan berespons. Neuron motoris adalah neuron yang membawa respons dari interneuron ke otot, kelenjar, dan organ dalam tubuh. Setiap gerak tubuh, dari berkedip samapi lompatan tinggi ke udara, dikendalikan oleh pesan-pesan yang dibawa neuron motoris ke otot.
Akson, hanya satu, adalah serat panjang yang membawa rangsangan menjauhi badan sel ke neuron lain. Akson dapat mencapai panjang 1 meter atau lebih dari badan selnya (n. Iskiadikus) dan akson terpendek terdapat di otak (hanya beberapa mikrometer). Sebuah sel saraf sebenarnya adalah segabung akson dari banyak neuron. Satu saraf dapat memiliki lebih dari 1000 akson. Setiap akson berfungsi mandiri. Dendrit adalah serat mirip pohon  kecil yang menerima rangsangan dan meneruskannya ke badan sel. Karena dendrit memiliki banyank cabang, satu neuron dapat menerima pesan dari ratusan neuron lain.
Ada dua tonjolan neuron sensorik yaitu ke saraf perifer dan saraf pusat. Saraf yang ke arah perifer berhubungan dengan organ ujung (otot dan kulit) yang dikenal sebagai dendrit dan tonjolan ke pusat disebut akson (neurit).

Potansial aksi
Potensial aksi adalah aliran ionik positif dan negatif yang bergerak di membran sel. Langkah awal pengolahan informasi indra adalah transformasi energi stimulus menjadi potensial reseptor, lalu menjadi potensial aksi pada serabut saraf. Pola potensial aksi merupakan kode informasi mengenai dunia, walaupun kadang-kadang kode yang disampaikan berbeda dari yang akan disampaikan.
Potensial aksi tidak bergantung pada kekuatan stimulus pendepolarisasi. Semakin besar diameter akson semakin cepat penghantaran potensial aksi karena tahanan arus listrik berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar arus tersebut.
Potensial aksi dibangkitkan ketika ion Natrium mengalir ke dalam melintasi membran. Depolarisasi potensial pertama telah menyebar ke wilayah bersebelahan pada membran tersebut, mendepolarisasi wilayah ini dan memulai potensial aksi kedua. Pada lokasi potensial aksi pertama membran mengalami repolarisasi ketika K= mengalir keluar. Potensial aksi ketiga merambat secara berurutan saat repolarisasi berlangsung. Melalui mekanisme ini aliran ion lokal menembus membran plasma dan menghasilkan impuls saarf yang merambat sepanjang akson tersebut.
Saluran ion yang pembukaan gerbangnya diatur oleh voltase yang menghasilkan potensial aksi hanya berkonsentrasi di sekitar nodus Ranvier. Cairan ekstraseluler juga berhubungan dengan membran akson namun melompat dari satu nodus ke nodus lain melewati daerah yang berinsulasi myelin pada membran di antara nodus itu. Mekanisme ini disebut penghantaran bersalto salvatory conduction.

             




Fungsi Sistem Saraf Pusat
No.
Nama bagian SSP
Fungsi
1
Duramater
Selaput terluar yang kuat dan melekat pada tulang tengkorak bagian dalam.
2
Arakhnoidea 
Berupa lapisan paling tengah pada selaput meninges dan bentuknya eperti sarang laba-laba.
3
Piameter
Merupakan selaput yang paling tipis, kaya dengan pembuluh darah, dan melekat pada permukaan otak dan sumsum tulang belakang.
4
Cairan serebrospinalis
1.    Memberikan kelembaban otak dan medula spinalis.
2.    Melindungi alat-alat dalam medula spinalis dan otak dari tekanan.
3.    Melicinkan alat-alat dalam medula spinalis dan otak.
5
Selaput meninges
 Selaput yang menyelubungi bagian luar dari otak dan sumsum tulang belakang.
6
Otak besar (serebrum)
Sebagai pusat pengendali kegiatan seluruh tubuh seperti pusat pernapasan, kesadaran, ingatan, keinginan, kecerdasan, kepribadian, daya cipta, daya khayal.
7
Otak kecil (serebelum)
Sebagai pusat keseimbangan, koordinasi kerja otot ketika bergerak, tonus otot, dan pusat pengatur gerakan.
Fungsi utamanya adalah mengembalikan tonus otot di luar kesadaran merupakan suatu mekanisme saraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian terhadap:
a.        Perubahan ketegangan dalam otot untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh,
b.      Terjadinya kontraksi dengan lancar dan teratur pada pergerakan di bawah pengendalian kemauan dan mempunyai aspek keterampilan.
8
Talamus
Menerima semua rangsang dari reseptor kecuali bau dan meneruskannya ke area sensorik serebrum, serta nelakukan persepsi rasa sakit dan rasa menyenangkan.
9
Hipotalamus
Sebagai pusat pengaturan suhu tubuh, pusat lapar dan haus, pengatur pertumbuhan sifat agresif, dan pusat pengaturan hormon, dorongan seks, emosi, tekanan darah, dan kadar gula dalam darah.
10
Sistem limbik
a.       Perilaku makan,
b.      Bersama dengan talamus mempengaruhi perilaku seksual, emosi (marah dan takut), serta motivasi,
c.       Perubahan tekanan darah dan pernapasan merupakan bagian dari fenomena kompleks terutama respons emosi dan perilaku,
d.      Hyperfagian dan comnifagia.
11
Nukleus basal
1.       Inhibisi tonus otot.
2.       Koordinasi gerak yang lambat dan menetap.
3.       Penekanan pola-pola gerakan yang tidak berguna.
12
Korpus kalosum
Sebagai jaringan pemisah antara otak kanan dan otak kiri, dan tersusun atas 300 juta neuron.
13
Pons varolii
Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, serta menghubungkan otak besar dengan sumsum tulang belakang, berfungsi menghantarkan rangsang dari kedua bagian serebelum.
14
Medula oblongata
Merupakan penghubung antara otak dan sumsum tulang belakang, sebagai pusat saraf otonom yang mengatur kerja organ dalam, gerakan menelan, batuk, bersin, bersendawa, muntah serta membantu pernapasan.
15
Medula spinalis
1.       Mengintergrasikan sinyal sensoris yang datang dan mengaktifkan respons motorik secara langsung (refleks) tanpa campur tangan otak.
2.       Sebagai pusat perantara, antara susunan saraf tepi dan otak (susunan saraf pusat).
16
Mesensefalon
1.       Perangsangan daerah quadrigeminus yang menyebabkan dilatasi pupil dan gerakan konjugasi mata ke arah yang berlawanan dengan tempat perangsangan.
2.       Lesi destruktif menimbulkan gejala yang jenisnya bergantung pada kerusakan korpora quadrigemina dan dapat menyebabkan paralisis garakan mata ke atas.
3.       Kerusakan nukleus ruber, substansia nigra, dan subtantia retikula dapat menimbulkan gerakan involunter dan iriditas.
17
Batang otak
1.       Mempersarafi struktur-struktur di kepala dan leher dengan serat sensorik dan motorik, penting untuk penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensasi wajah, dan kulit kepala, kecuali nervus vagus (saraf vagus) mempersarafi organ rongga dada dan perut.
2.       Mengontrol fungsi jantung dan pembuuh darah, respirasi dan banyak aktivitas pencernaan.
3.       Berperan dalam memodulasi sensasi nyeri.
4.       Berperan dalam mengatur refleks-refleks otot yang terlibat dalam keseimbangan dan postur.
5.       Pusat tidur.
6.       Mengontrol seluruh derajat kewaspadaan korteks dan penting dalam kemampuan mengarahkan perhatian.



Sistem Saraf Otonom
Fungsi saraf otonom: mengatur motilitas dan sekresi pada kulit, pembuluh darah, dan organ viseral, dengan cara merangsang pergerakan otot polos dan kelenjar eksokrin. Regulasi otonom akan dibawa oleh serabut  saraf simpatis dan parasimpatis.
Fungsi saraf parasimpatis: mengurus miksi dan defikasi. Kandung kemih, kolon desendens, sigmoideum, dan rektum mendapat persarafan dari bagian sakral.




Sirkulasi otak
Sirkulasi otak dapat dibagi menjadi sirkulasi anterior (carotid) dan posterior (vertebrobasiler), yang bertemu di dasar otak melalui sistem anastomose yang membentuk sirkulus Willisi.

Sirkulasi Anterior
Arteri carotis dextra berasal dari arteri inominata, sedangkan arteri carotis sinistra berasal langsung dari arcus aorta. Pada ketinggian sekitar vertebrae cervical keempat, arteri carotis communis terbagi menjadi arteri carotis eksterna, yang mensuplai wajah dan scalp, dan arteri carotis interna, yang mensuplai sirkulasi intracranial.
Arteri carotis interna (ICA) terbagi menjadi segmen cervical (C1), petrosus (C2), intracavernosus (C3) dan supraklinoid (C4). Trunkus meningeohipofiseal berasal dari carotis intrakavernosa dan memberikan percabangan yang mensuplai kelenjar pituitari dan basal meningeal. Setelah keluar dari sinus kavernosus, ICA menembus lapisan dura untuk membentuk segmen supraklinoid, yang akan memanjang hingga bifurcartio carotis. Cabang intradura yang pertama adalah arteri ophtalmica, yang mensuplai aliran darah ke orbita dan merupakan sumber potensial dari sirkulasi kolateral.
Cabang carotis berikutnya, arteri comunicans posterior (PCoA), menghubungkan sirkulasi anterior dan posterior. Biasanya terdapat tujuh cabang dari bagian medial arteri ini, yang akan mensuplai batang otak sebelah lateral dan bagian inferior basal ganglia.
Arteri choroidal anterior (AChoA) bermula pada 2-4 mm distal dari PCoA dan merupakan cabang besar yang terakhir sebelum bifurcatio. Arteri ini mensuplai jalur penglihatan (traktus opticus, lateral geniculate body, radiatio opticus), sebagian basal ganglia, dan jalur kortikospinal. Oklusi dari AChoA dapat menyebabkan defisit berupa hemiplegi dan hemianopsian atau tidak ada defisit sama sekali.
Setelah AChoA, ICA akan bercabang untuk membentuk arteri cerebral anterior (ACA) dan arteri cerebral media (MCA). Bagian dari ACA diantara percabangan ICA dan arteri comunicans anterior (ACoA) merupakan segmen A1 dari ACA. Segmen ini akan bercabang menuju kapsula interna, thalamus, dan hipothalamus.
ACoA menghubungkan dua ACA dan menentukan lokasi dimana A1 menjadi arteri cerebral anterior distal (A2). Cabang dari ACoA mensuplai hipothalamus anterior. Cabang terbesar dari area ACA/ACoA adalah arteri recuren Heubner, yang mensuplai anterior dari basal ganglia dan kapsula interna.
Arteri cerebral anterior distal (A2) berjalan superior dan posterior dari ACoA, didalam fissura interhemisfer, dan membagi diri menjadi arteri pericallosal dan arteri callosomarginal didekat genu dari corpus callosum. A2 dan cabangnya mensuplai bagian medial dari lobus frontalis dan parietalis.
Segmen pertama dari MCA (M1) berjalan dari percabangan ICA menuju percabangan MCA dalam fissura Sylvii. Arteri lenticulostriata lateralis dan media berasal dari segmen M1 ini, yang keluar dari sudut kanan bagian dorsal M1 dan mensuplai basal ganglia serta terutama bagian superior kapsula interna.
Pada fissura Sylvii, MCA berbagi menjadi 2-4 cabang, yaitu segmen M2. Pada titik inilah sebagian besar aneurysma MCA terjadi. Segmen M2 keluar dari fissura Sylvii dan menyebar pada lengkungan hemisfer untuk mensuplai bagian lateral dari lobus frontal, parietal, occipital, dan temporal.

Sirkulasi Posterior
Arteri vertebralis (VA) merupakan cabang pertama dari arteri subclavia. Setelah keluar dari sudut kanan arteri subclavia, VA berjalan beberapa cm sebelum masuk kedalam foramen intervertebralis dari C6. Setelah itu ia akan berjalan sepanjang foramen dari C6 hingga C1 dan melewati bagian superior dari arcus C1 dan menembus membran atlantooccipital dan masuk kedalam rongga kepala. Saat berjalan kearah ventral dan superior, ia memberikan cabang arteri cerebellar inferior posterior (PICA) sebelum akhirnya bersatu dengan VA dari arah yang berlawanan pada pertengahan bagian ventral dari pontomedulary junction untuk membentuk arteri basillaris (BA). BA akan bercabang membentuk dua arteri cerebral posterior pada pontomesencephalic junction. Hubungan menuju sirkulasi anterior melalui PCoA akan melengkapi sirkulus Willisi.
PICA merupakan cabang terbesar dari sirkulasi posterior (vertebrobasiller) dan mensuplai medulla vermis inferior, tonsil, dan bagian inferior hemisfer cerebellum. PICA juga sangat erat kaitannya dengan saraf kranial ke 9, 10, dan 11.
Arteri cerebellar inferior anterior (AICA) biasanya bermula dari distal dari vertebrobasilary junction setinggi pontomedullary junction, mensuplai pons, pedunculus cerebellar media, dan bagian tambahan cerebellum. Selain itu AICA juga terkait erat dengan saraf kranial ke 7 dan 8.
Arteri cerebellar superior (SCA) berasal dari proksimal percabangan basilaris, dan mensuplai otak tengah, pons sebelah atas, dan bagian atas cerebellum. Cabang dari SCA akan membentuk anastomose dengan cabang dari PICA dan IACA pada hemisfer cerebellum dan merupakan sumber potensial dari aliran kolateral.
Arteri cerebralis posterior (PCA) dibentuk oleh percabangan BA dan mensuplai otak tengah bagian atas, thalamus posterior, bagian posteromedial lobus temporalis, dan lobus occipitalis.
Sirkulus Willisi merupakan sirkulasi kolateral antara pembuluh darah intrakranial. Terpisah dari kolateral ophtalmicus, terdapat beberapa tempat anastomose lain antara pembuluh darah ekstra dan intrakranial, mencakup anastomose melalui arteri sphenopalatina, arteri dari foramen rotundum dan cabang kecil yang biasanya ada pada tulang petrosus. Arteri utama yang mensuplai dura adalah arteri meningea media dan  cabang ascending arteri pharyngeal, cabang dari sirkulasi eksternal. Terkadang dapat terbentuk anastomose antara dura dan permukaan korteks. Sebagai tambahan, hubungan antara carotis dan vertebrobasillar dapat terjadi. 

Sistem Vena
Sistem drainase vena otak dibagi menjadi segmen dalam, yang terdiri dari vena otak yang menyediakan drainase untuk otak, dan segmen luar yang terdiri dari sinus vena dural yang menjadi muara dari aliran vena. Aspek unik dari drainase vena adalah vena serebralis memiliki dinding yang lebih tipis dibanding dengan vena sistemik, dan tidak memiliki lapisan histologis tunika seperti pada umumnya. Selain itu juga tidak ada vena yang memiliki katup sebagaimana struktur vena dimanapun lainnya.
Segmen dalam lebih jauh dibagi lagi menjadi sistem drainase dalam dan superfisial. Pada kompartemen supratentorial, drainase superfisial struktur korteks terbagi ke sinus sagitalis superior atau sinus transversus.



Sinus vena dura
Yang termasuk didalam sistem sinus vena dura adalah: sinus sagitalis superior, sinus sagitalis inferior, sinus straight, sinus transversus, sinus sigmoid, dan sinus basiler seperti cavernusus, sphenoparietal, dan petrosal.

Fisiologi Aliran Darah Otak
Sistem saraf pusat (SSP) diisi oleh jaringan yang kaya pembuluh darah untuk memenuhi kebutuhan yang berubah-rubah dari metabolisme saraf lokal dan regional. Aliran darah otak (CBF) dapat dilihat dari 2 sudut pandang: ciri umum, dan gambaran unik dari SSP. 

Ciri Umum Aliran Darah
Sifat alami darah adalah bahwa substansi tertentu (leukosit, eritrosit, dan trombosit) tersuspensi dalam  plasma. Komponen darah cenderung untuk berkumpul di bagian tengah aliran, dan akan bervariasi sesuai ukuran lumen, sehingga sifat darah di arteri yang lebih besar tidak dapat disamakan dengan pembulih darah yang lebih kecil. Lebih jauh lagi, pernyataan tentang tekanan darah, aliran darah, dan perfusi jaringan harus dipertimbangkan sesuai pulsasi aliran darah.
Faktor-faktor lain juga mempengaruhi aliran darah, meliputi suhu lokal dan pH, tekanan oksigen dan karbondioksida, K+, H+, HCO3-  pada jaringan dan darah; hematokrit, cardiac output, tekanan darah, faktor neurogenik, tahanan vaskuler, dan lainnya termasuk mediator saraf dan kimiawi.
         
Viskositas
Viskositas ditentukan berbagai faktor termasuk hematokrit, kemampuan berubah bentuk dan beragregasi, dan viskositas plasma.

Autoregulasi dan Metabolisme
Pada kondisi istirahat, dialirkan sekitar 750cc darah permenit (15-20% cardiac output). Parameter penting dalam memperhitungkan aliran darah otak yang dinamakan tekanan perfusi cerebral (CPP), yang idealnya menggambarkan perbedaan mean tekanan arterial (MAP) dikurangi tekanan intra kranial (ICP). Diperkirakan bahwa pada CPP antara 50 dan 130 mmHg hanya terdapat sedikit, bila ada, variasi dalam CBF total. Sirkulasi carotis (anterior) memperoleh mayoritas aliran darah dalam kecepatan yang lebih tinggi (335 cc/menit melalui setiap carotis) sedangkan sirkulasi posterior (vertebrobasiler), memperoleh 75 cc/menit. Lebih jauh lagi, juga terdapat perbedaan antara substansia grisea yang merupakan jaringan dengan aliran cepat (64 cc/ 100 g/ menit) dengan substansia alba yang merupakan jaringan dengan aliran pelan (15-20 cc/ 100 g/ menit). Aliran darah juga terkait dengan aktivitas elektroserebral. 
Karena mekanisme otak dalam meregulasi aliran darahnya masih tidak jelas, maka terdapat beberapa teori yang diajukan.

Teori Miogenik
Teori ini menyatakan bahwa pembuluh darah dapat mengenali aliran dan menyesuaikan diri terhadapya. Menurut Baliss dalam 1902, apabila tekanan dalam pembuluh darah meningkat, maka pembuluh darah tersebut akan berkontraksi untuk meningkatkan tahanannya sehingga mengurangi aliran darah. 

Teori Neurogenik
Edvinsson dkk menjelaskan berbagai bahwa terdapat berbagai saraf pada pembuluh darah piamater, yang menjelaskan mengenai regulasi sentral. Kerusakan autoregulasi yang masif, sebagaimana yang ditemui pada cedera SSP seperti pada trauma atau perdarahan subarachnoid, juga menunjukkan mekanisme sentral. Hal ini lebih jauh didukung oleh data yang menunjukkan bahwa beberapa neuropeptida juga berperan pada kondisi ini. Faktor lokal ini menggantikan hal yang sebelumnya dikenal dengan respon miogenik pembuluh serebral terhadap perubahan CBF.

Teori Metabolik dan Metabolisme Otak
Banyak studi yang menunjukkan peningkatan aliran darah ke area tertentu dari otak sehubungan dengan peningkatan aktivitas dari area tersebut. Neuron sangatr tergantung pada oksigen dan glukosa. Jaringan neuronal hanya mampu menggunakan energi dari metabolisme aerobik dari glukosa.keton akan dimetabolisme dalam bentuk terbatas pada kondisi kelaparan sedangkan lipid tidak dapat digunakan. Simpanan glikogen dalam otak normal tidak ada, sehingga jaringan saraf tergantung pada aliran kontinyu dari pembuluh darah otak. Metabolisme anaerob menghasilkan peningkatan cepat jumlah laktat yang menurunkan pH dan meningkatkan ketersediaan ion H+ lokal. Parameter yang digunakan untuk menentukan aktivitas metabolik dinamakan CMRO2, atau metabolisme lokal otak dari O2. Diasumsikan bahwa penggunaan O2 merefleksikan metabolisme glukosa lokal dan hal ini dikonfirmasi dengan penggunaan scanning positron emission tomography (PET). Efek dari variasi kondisi metabolik yang normal dan yang berubah yang mempengaruhi CMRO2 dan dapat diukur, dapat membantu memecahkan masalah seputar peran dari mekanisme sentral dan umpan balik neurogenik dalam mengontrol CBF, sehingga bermanfaat untuk panduan terapi di masa yang akan datang.



Faktor Lokal yang Mempengaruhi Autoregulasi
Kondisi lokal lain tampaknya juga berperan dalam autoregulasi. Faktor ini meliputi pO2, pCO2, konsentrasi H+ dan pH lokal serta suhu. Efek individual dari faktor-faktor ini dapat diidentifikasi dengan segera, namun interaksi diantara faktor-faktor tersebut masih tetap kompleks.

Oksigen
Oksigen tidak akan mempengaruhi CBF hingga pO2 turun sampai dibawah 50 mmHg dimana CBF akan meningkat dengan cepat. Ketika pO2 sebesar 30 mmHg, CBF menjadi dua kali lipatnya. Hal ini kemungkinan bervariasi sesuai hematokrit. Peningkatan pO2 menginduksi sedikit penurunan CBF, ketika subyek normal bernafas dengan oksigen 100 % maka CBF berkurang 10 hingga 13%. Oksigen hiperbarik diberikan pada 2 atm akan menurunkan CBF sebesar 22 % tanpa merubah konsumsi oksigen otak. Penurunan ini tetap terjadi bahkan bila terjadi hiperkapnea. Terdapat sejumlah bukti bahwa pasien NS mengalami perbaikan outcome jika pO2 dipertahankan sedikitnya 80 mmHg.

Karbondioksida
Konsentrasi ion H+ dan pCO2 mempengaruhi CBF. Telah diketahui bahwa dengan konsentrasi pCO2 antara 20 – 60 mmHg, hubungan antara pCO2 dan CBF terlihat dengan peningkatan CBF 2 – 3 % setiap peningkatan pCO2 sebesar 1 mmHg. Penyebabnya masih belum jelas dan mungkin terkait dengan perubahan pH sistemik dan atau tekanan darah sistemik.

Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah terapi yang penting pada pasien dengan peningkatan TIK, terutama dengan sindroma herniasi akut. Prinsip klinis doktrin Monroe-Kelly dimana dalam rongga intrakranial yang tetap maka volume muatannya juga tetap. Volume ini, totalnya mencapai 1600 cc, normalnya terdiri dari jaringan otak (84%), darah (4%) dan cairan sererospinal (12%). Diamati oleh Cushing bahwa bila ditambahkan suatu komponen (lesi massa dengan sebab apapun, baik hematoma, tumor ataupun swelling) maka volumenya akan terlampaui sehingga menghasilkan respon fisiologis (refleks Cushing). Mekanisme kompensasi awal meliputi penurunan jumlah darah dan cairan serebrospinal. Penurunan jumlah darah melalui penurunan CBF akan membantu menghambat hipertensi intrakranial. Hiperventilasi, dengan pCO2 yang menurun, akan bermanfaat. Sayangnya, saat SSP cepat menyesuaikan diri terhada perubahan ini, sukar untuk mengetahui berapa lama reaksi ini bertahan. Bahkan tampaknya pembuluh darah serebral juga menyesuaikan diri dalam 24 -36 jam. Hiperventilasi yang berkepanjangan memiliki efek yang buruk dengan menyebabkan iskemia. Peneliti yang lain memperoleh data dari manipulasi pCO2 secara langsung terhadap perubahan MAP dimana CBF akan bervariasi secara langsung dengan MAP pada area yang rusak dan tidak dipengaruhi oleh pCO2.
Banyak ilmuwan yang berkonsentrasi dalam meneliti fenomena ”steal and countersteal” yang secara teoritis mungkin terjadi. Peneliti-peneliti tersebut mengajukan teori bahwa jika suatu bagian dari sirkulasi otak kehilangan kemampuan autoregulasinya, dan jika aliran yang melalui bagian tersebut berhubungan secara langsung dengan MABP, maka ketika

Kalsium
Saat ini peran ion Ca++ pada metabolisme dan aliran darah otak sedang diteliti secara intensif. Bukti-bukti yang mendukung mengenai peran aktif Ca++ dalam CBF mencakup peran Ca++ pada kontraksi otot dan peningkatan penggunaan Ca++ channel blocker dalam pengelolaan hipertensi dan penyakit arteri koroner. Lebih jauh lagi, influks dari Ca++ dianggap sebagai .. Konsentrasi ion Ca++ ekstraseluler adalah sekitar 4-5 mEq/L dan konsentrasi Ca++ intraseluler adalah 10-7 mEq/L.



Mekanisme refleks
Secara umum, refleks dapat diartikan sebagai respon yang terjadi secara otomatis, tanpa kesadaran. Refleks saraf selalu dimulai dengan adanya stimulus yang mengaktifkan reseptor sensoris. Kunci dari jaras refleks adalah negative feedback. Jalur yang terlibat dalam terjadinya refleks dikenal sebagai lengkung refleks. Tidak seperti gerak biasa yang memiliki banyak variasi respon, respon untuk gerak refleks dapat diprediksikan karena jalurnya selalu sama.

Neural refleks bisa diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan divisi efferent sistem saraf yang mengontrol respon
Refleks ini melibatkan somatic motor neuron dan otot skeletal yang dikenal sebagai refleks somatik. Refleks yang responnya dikontrol saraf otonom disebut refleks otonom.
2. Berdasarkan lokasi CNS di mana refleks diintegrasikan
Refleks spinal diintegrasikan di spinal kord. Refleks ini bisa dimodulasi oleh input yang lebih tinggi dari otak, namun bisa juga tanpa input tersebut. Refleks yang diintegrasikan di otak disebut refleks kranial.
3. Berdasarkan apakah refleks itu dipelajari atau didapat.
Refleks patella merupakan refleks yang didapat. Contoh refleks didapat adalah Pavlov’s dogs salivating saat mendengar sebuah bel. Refleks ini juga disebut conditioned reflex. Begitu juga saat seorang pianis memainkan jari-jarinya di atas piano yang merupakan refleks yang dipelajari.
4. Berdasarkan jumlah neuron di jaras refleks
Yang paling sederhana adalah monosynaptic reflex, yang merupakan refleks dengan sinapsis tunggal di antara dua neuron di jaras : satu afferen, satu efferen, yang bersinapsis di spinal kord. Sedangkan kebanyakan refleks terdiri dari tiga atau lebih neuron, disebut polysinaptic reflex. Jalur divergen memungkinkan stimulus tunggal mempengaruhi banyak target sedangkan konvergen mengintegrasikan input untuk memodulasi sebuah respon.
a. Refleks otonom
Refleks ini disebut juga refleks visceral karena sering melibatkan organ internal tubuh. Beberapa refleks visceral, seperti urinasi dan defekasi, merupakan refleks spinal yang bisa terjadi tanpa input dari otak. Meskipun begitu, refleks spinal juga sering dimodulasi oleh excitatory atau inhibitory signal dari otak yang dibawa oleh jaras descending dari pusat otak yang lebih tinggi. Misal, urinasi dapat diinisiasi secara sadar dengan kesadaran atau bisa juga dihambat oleh stress dan emosi, seperti dengan adanya orang lain (sindrom bashful bladder).
Refleks otonom lain diintegrasikan di otak , khususnya di hipotalamus, thalamus dan batang otak. Daerah ini berisi pusat koordinasi yang dibutuhkan untuk menjaga homeostatis seperti detak jantung, tekanan darah, nafas, makan, keseimbangan air dan menjaga temperatur. Di sini juga ada pusat refleks seperti salivating, muntah, bersin, batuk, menelan, dan tersendak.
Salah satu tipe reflex otonom yang menarik adalah konversi stimulus emosional ke respon visceral. Sistem Limbic, yang merupakan tempat operasi primitif seperti sex, takut, marah, agresif dan lapar, disebut sebagai “visceral brain” karena pengaruhnya dalam refleks emosional. Contoh lain adalah folikel rambut yang tertarik saat seseorang merasa takut.
Refleks otonom merupakan polysinaptic dengan sedikitnya satu sinapsis di CNS di antara neuron sensorik dan preganglion saraf otonom serta sinaps tambahan di ganglion, antara neuron preganglionic dan postganglionic.


b. Refleks Otot Skeletal
Eksitasi somatic motor neuron selalu menyebabkan kontraksi di otot rangka. Tidak ada inhibitory neuron yang bersinapsis di otot skeletal untuk membuatnya rileks. Relaksasi merupakan akibat dari tidak adanya eksitatory input.
Refleks otot skeletal memiliki komponen sebagai berikut :
1. Reseptor sensorik
Dikenal sebagai proprioceptor yang terletak di otot skeletal, kapsul sendi, dan ligament. Reseptor ini memonitor posisi tungkai, pergerakan dan upaya yang kita gunakan saat mengangkat benda.
2. Neuron sensorik yang membawa sinyal dari proprioceptor ke CNS
3. CNS, yang menintegrasikan sinyal masuk menggunakan jalur eksitatori dan inhibitori interneuron. Pada refleks, informasi sensorik diintegrasikan dan dilakukan secara bawah sadar. Meskipun begitu, informasi sensorik mungkin diintegrasikan di cerebral korteks dan menjadi persepsi serta beberapa refleks bisa dimodulasi sebagai sebagai input sadar.
4. Motor neuron somatik yang membawa sinyal output. Motor neuron somatik yang mempersarafi kontraktil otot disebut alpha motor neuron.
5. Efektor, yang merupakan serat kontraktil otot skeletal, juga dikenal sebagai muscle fiber ekstrafusal. Potensial aksi di alpha motor neuron akan menyebabkan serat ekstrafusal berkontraksi.
Ada tiga buah propioceptor ditemukan di tubuh: muscle spindel, organ golgi tendon, dan reseptor sendi.

1. Muscle spindel merespon peregangan otot
Muscle spindel merupakan reseptor peregangan yang mengirim informasi ke spinal kord dan otak mengenai panjang otot dan perubahan panjang otot. Kecuali pada rahang, semua otot skeletal tubuh memiliki banyak muscle spindel.
Masing-masing musle spindel terdiri dari kapsul jaringan ikat yang membentuk sekelompok serat saraf kecil yang dikenal sebagai serat intrafusal. Serat ini dimodifikasi sehingga ujungnya kontraktil, tetapi bagian tengahnya kekurangan miofibril. Ujung kontraktil ini mendapatkan persarafan sendiri dari gamma motor neuron. Bagian tengah yang nonkontraktil dibungkus oleh ujung saraf sensoris langsung dengan alpha motor neuron yang mempersarafi otot di mana spindel berada.
Saat sebuah otot beristirahat, daerah central dari masing-masing musle spindel akan cukup tertarik untuk mengaktifkan serat sensoris. Hasilnya, neuron dari spindel aktif secara tonik, mengirimkan arus stabil potensial aksi ke CNS. Karena itu, meski dalam posisi istirahat, otot tetap memiliki ketegangan tertentu yang dikenal sebagai musle tone.
Muscle spindel dilabuhkan secara paralel ke serat otot ekstrafusal. Pergerakan yang menyebabkan pemanjangan otot juga meregangkan muscle spindel dan menyebabkan serat sensorisnya “fire” dengan cepat. Hal ini menyebabkan refleks kontraksi otot yang akan mencegah otot melakukan over stretching. Jaras reflex yang mana regangan otot menyebabkan respon kontraksi dikenal sebagai “stretch reflex”.

2. Golgi tendon berespon pada ketegangan otot
Reseptor ini ditemukan di persimpangan tendon dan serat otot. Organ golgi tendon, berespon secara primer ke tension otot yang berkembang selama kontraksi isometrik dan menyebabkan reflek relaksasi. Respon ini berlawanan dengan reflek kontraksi yang disebabkan muscle spindel.
Organ golgi tendon disusun oleh tiga ujung saraf bebas yang membelit serat kolagen di dalam kapsul jaringan ikat. Saat sebuah otot berkontraksi, tendonnya akan menjadi sebuah komponen elastis fase isometrik kontraksi. Kontraksi akan menarik serat didalam tendon golgi dengan kuat, menjepit ujung sensoris saraf afferen dan menyebabkan mereka “fire”.
Input afferent dari aktivasi organ golgi tendon mengeksitasi inhibitory interneurons di spinal kord. Interneuron menghambat alpha motor neuron yang mempersarafi otot, dan kontraksi otot akan turun. Dalam kebanyakan keadaan, reflek ini memperpelan kontraksi otot saat kekuatan otot meningkat. Dengan kata lain, organ golgi tendon akan mencegah kontraksi berlebihan yang mungkin melukai otot.

3. Stretch refleks dan Inhibisi resiprok mengontol pergerakan di sekeliling sendi
Pergerakan di sekeliling sendi paling flexible dikontrol oleh sekelompok otot sinergis dan antagonis yang terkoordinasi. Kumpulan pathway yang mengontrol suatu sendi dikenal sebagai unit myotatic.
Refleks paling sederhana pada unit myotatic adalah monosynaptic stretch reflex, yang hanya melibatkan dua neuron, neuron sensorik dari muscle spindle dan neuron somatic motor neuron ke otot. Reflek hentakan lutut adalah contoh monosynaptic stretch reflex.
Saat tendon pattelar di bawah tempurung lutut di ketuk dengan palu kecil, ketukan akan meregangkan otot quadriceps. Ini akan mengaktifkan muscle spindles dan mengirim potensial aksi melalui serat sensoris ke spinal kord. Neuron sensoris bersinaps secara langsung ke motor neuron yang mengontrol kontraksi otot quadriceps. Eksitasi dari motor neuron menyebabkan unit motorik di quadriceps berkontraksi dan kaki bagian bawah akan maju ke depan.

4. Refleks fleksi menarik tungkai dari stimulus nyeri
Refleks fleksi merupakan polysinaptic reflex pathway yang menyebabkan tangan atau kaki tertarik saat ada rangsang nyeri, misalnya terkena peniti atau kompor panas. Refleks ini terjadi dengan jalur divergen.
Saat kaki kontak dengan titik paku, nocireseptor di kaki mengirim sensor informasi ke spinal kord. Disini sinyal akan berdivergen mengaktifkan multiple eksitatori interneurons. Beberapa neuron ini akan mengeksitasi alpha motor neuron menyebabkan kontraksi otot fleksi tungkai yang terstimulus. Beberapa interneuron secara simultan mengaktivasi inhibitory interneurons yang menyebabkan relaksasi sekelompok otot antagonis. Karena inhibisi resiprok inilah, tungkai akan fleksi, menarik dari stimulus nyeri. Tipe refleks ini membutuhkan waktu lebih banyak dari pada stretch reflex karena lebih polysinaptic.
Saat lengkung refleks untuk menghindari stimulus nyeri diinisiasi di sebuah kaki, kaki yang berlawanan juga akan mempersiapkan diri sehingga orang tersebut tidak kehilangan keseimbangan.
Tidak semua aktivitas refleks melibatkan lengkung refleks yang jelas, meskipun begitu prinsip dasar refleks tetap ada. Ada jenis refleks yang dimediasi baik oleh neuron atau hormon maupun keduanya, ada pula yang tidak melibatkan keduanya.



















Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking